Dalam
kegiatan belajar mengajar guru dapat menerapkan beberapa model
pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan.
Model Pembelajaran yang efektif untuk diterapkan di kelas adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif atau
Cooperative Learning
mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu
kelompok kecil, saling membantu dalam belajar. Dalam Pembelajaran
kooperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain.
Dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning ini mampu
merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana
belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang
siswa. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana
belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu
akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang
saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok
kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (
peer group) dan belajar secara bekerjasama (
cooperative).
Berikut ini contoh model pembelajaran kooperatif dengan beberapa tipe
yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas antara lain
:
1. STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan
ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas
diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes.
Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual,
siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan
prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada
baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran
kooperatif STAD ini kepada siswa.
2. Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau
Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada
siswa, misalnya kata-kata yang dimulai dengan huruf “a”. Selanjutnya
mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran.
3. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti
tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan
kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat
kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar
unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa
hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika
diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman
sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan
menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan
memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui
kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk
kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa
bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok
kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan
kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit
materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan
dalam pembelajaran.
4. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini
adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya
sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta
mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain
untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota
kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model
pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1)
kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group).
Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal
ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah
semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan
meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli
adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang
mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan
kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut
di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka
masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab
mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
5. Tim Jigsaw
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan
setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman
dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja misalnya PKn, atau
seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau
ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan
kemudian saling mengajarkan/menjelaskan tentang materi yang menjadi
tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi
yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
6. Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi
dari tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun
1980 di mana semua anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang
sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami
bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal
harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami. Seperti
Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya
pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
7. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy
Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya
mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model
pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok
ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau
dalami) kepada seluruh kelas.
8. NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama
Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk
menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4.
Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan
guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta
seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab
pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan
memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui
diskusi.
9. TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang
digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model
pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan
siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan
atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil
belajar siswa.
10. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut
juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan
masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat
memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua,
siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang
yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara
pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan
sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan
telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau
mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara
bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step
interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).
11. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk
digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah
diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang
telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.
Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk
mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi
tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia
misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan
mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengklarifikasi.
12. GI (Group Investigation)
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan
mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok (group process skills). Langkah-langkah
pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai berikut : 1) Guru membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen, 2) Guru menjelaskan
maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan, 3) Guru
memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya, 4) Masing-masing kelompok membahas materi
tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya, 5) Setelah selesai,
masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu
anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya, 6) Kelompok lain dapat
memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya, 7) Guru memberikan
penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan
memberikan kesimpulan, 8)Evaluasi.
13. Marry Go Round
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok (Go Around) ini
memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali
dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam pemecahan
suatu permasalahan. Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok
merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas
yang akan mengaktifkan setiap anggota kelompok. Dimana penerapannya
dimulai dari pertama sekali siswa membentuk kelompoknya masing-masing,
kemudian masing-masing kelompok diberi waktu 15 menit untuk mempelajari
materi yang akan dibahas. Sebelumnya guru telah mempersiapkan pertanyaan
yang sesuai dengan indikator (satu buah karton dibuat satu pertanyaan)
ditempel di dinding kelas (depan, samping, belakang) dengan jarak
tertentu. Setiap kelompok berdiri di depan kertas kartonnya
masing-masing, Guru menentukan waktu untuk memulai menulis, Siswa cukup
mengisi satu jawaban dengan waktu yang ditentukan guru, Seterusnya tiap
kelompok bergilir mengisi jawaban menurut arah jarum jam, dan begitu
seterusnya. akhir semua kegiatan diadakan diskusi kelas dan tanya jawab.
14. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran
timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran
timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model
pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk
pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan
atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota
pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik (feedback).
Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk
melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti
mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model
pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas
dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya. Baca
artikel yang lebih rinci tentang model pembelajaran kooperatif tipe
reciprocal teaching (pengajaran timbal balik).
15. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated
reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan
keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan
tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif
yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui
presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis,
tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan
untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran
bahasa yang disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model
pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya.
Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group),
pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana
“membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal
(timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan
aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca
bersuara (oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan
terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi
berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah
itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir
proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan
atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan
menulis.
16. The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa
melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang
merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa
dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian
setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
17. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya
dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran
kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk
berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah
diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi)
dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan
selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.
18. TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah
modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran
ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
19. TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga
merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah
setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau
tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran
menulis.
20. Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk
dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling
berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada
bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan
jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit,
baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga
akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan
pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini
terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan
untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta
menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti
bila diadakan tes.
21. Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan
untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru
memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan berulang
tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa…). Mintalah semua siswa
dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya
mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah
kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan
oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah
beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan
(bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka
untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian
tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh
kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif
go around.
22. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin
Brainstorming misalnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama
provinsi di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian
untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
23. LT (Learning Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David
johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk
oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar
tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka
kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja
kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti
Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu
dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam
kelompok.
24. Student Team Learning (STL – Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini
dikembangkan di John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari
separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan
student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang
satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu
adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan
anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap
kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada
model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan
terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan
model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan
apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap
individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik
dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi
yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung
berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
25. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat
dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di
kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay
three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray
(tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990).
Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini
dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi
informasi dengan kelompok-kelompok lain.
Dari berbagai sumber